Keajaiban Dunia dari Segala Keajaiban

Ketika Nabi Ibrahim as bersama putranya Nabi Ismail as diperintah Allah SWT untuk meletakkan dasar bagi pendirian “masjid pertama” sebagai lambang keagungan dan kebesaran-Nya, tempat semua umat-Nya dapat beribadah dengan baik. Bangunan dasar untuk pendirian “Rumah Allah” inilah yang sekarang dikenal sebagai Ka’bah.

Untuk membentuk bangunan Ka’bah yang lebih nyata terutama dalam ukurannya, maka Nabi Ibrahim meletakkan batu khusus di bagian sudut timur. Batu ini menurut kisahnya mula-mula berwarna putih bersih, tetapi kemudian sejalan dengan perjalanan hidup manusia yang selalu bersimbah dosa dan kesalahan, batu itu lama kelamaan menjadi hitam, sehingga dinamakan Hajar Aswad.

Selama pembangunan Ka’bah berlangsung, Nabi Ibrahim berdiri di atas sebuah batu agar dapat melihat bagaimana bentuk bagian atas Ka’bah secara nyata. Batu bekas berdiri Nabi Ibrahim yang terletak di bagian timur Ka’bah, dikenal kemudian dengan nama Maqam Ibrahim. Pada tersebut tampak cetakan kaki sedalam 10 cm.

Pada zaman Nabi Ibrahim tinggi Ka’bah mencapai 4,5 meter, berbentuk segi empat memanjang dengan bagian ujung membulat. Ada pintu di bagian dasarnya, dan tidak beratap.

Setelah Nabi Ibrahim wafat, Ka’bah jatuh ke tangan kaum Jurhum yang telah lama bermukim di lembah Mekah. Selama beribu tahun Ka’bah berada di bawah kekuasaan kaum ini, sebelum akhirnya jatuh pula ke dalam kekuasaan kaum Kuzzah selama 300 tahun. Pada saat itu kedudukan Ka’bah sangat labil karena lembah Mekah sering dilanda banjir, dan pada suatu ketika benar-benar bangunan Ka’bah hancur oleh terjangan banjir dan tanah longsor. Tetapi Ka’bah kemudian dibangun dan diperbaiki kembali oleh Qusay ibn Kilab sesuai bentuk aslinya, kecuali di bagian atas, yang olehnya diberi atap.

Banjir dan longsor besar kemudian menghancurkan Ka’bah kembali. Kaum Quraisy lalu membangun Ka’bah kembali dengan biaya yang tidak tercampur dengan “riba” atau sumber lain yang haram. Ini dimaksudkan agar pembangunan kembali Ka’bah akan tetap utuh dan langgeng sampai akhir zaman.
Pada 8 H atau 630 M, Nabi Muhammad SAW mengambil alih dan menetapkan Ka’bah, di samping sebagai tempat ibadah juga menjadi kiblat umat. Segala jenis patung berhala atau gambar dan tulisan di dalam dan di luar Ka’bah yang tidak ada kaitannya dengan Islam disingkirkan. Maka sejak saat itu Ka’bah bebas dari kehadiran gambar-gambar dan boneka/patung pemujaan.

Pada 1630 M, kembali Lembah Mekah tempat Ka’bah berada dilanda banjir besar. Ka’bah mengalami rusak berat. Sultan Murad kemudian memerintahkan untuk membangunnya kembali dari bahan-bahan asalnya. Baru pada 1957 M pada saat Kerajaan Arab dipimpin oleh Ibnu Saud, bangunan Ka’bah kembali berwujud seperti yang terlihat sekarang ini, dengan bentuk dan sifat yang sama seperti sebelumnya.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »