
JAKARTA - Pemerintah mematok asumsi rata-rata nilai tukar Rupiah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2014 sebesar Rp9.750 per USD. Sementara saat ini nilai tukar Rupiah sudah menembus angka Rp10.400 per USD.
Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Pery Warjiyo menilai meski disparitas antara nilai tukar rupiah saat ini dengan asumsi pada tahun 2014 cukup tinggi, namun asumsi yang ditetapkan pemerintah tersebut sudah tepat. Sebab menurutnya, ke depan nilai tukar akan kembali stabil dan cenderung menguat.
"Itu (Rp9.750 per USD) arah nilai tukar akan kembali stabil dan akan cenderung menguat," kata Pery, di Kompleks Gedung BI Jakarta, Sabtu (17/8/2013).
Dia menambahkan, defisit neraca pembayaran pada kuartal II-2013 memang cukup besar, namun menurutnya kondisi neraca pembayaran ke depan akan semakin baik dan defisitnya akan semakin mengecil.
"Tentu saja secara keseluruhan neraca pembayaran akan kembali surplus. Kemudian akan membawa nilai tukar yang cenderung membaik dan nilai tukar Rupiah akan kembali stabil," ujar Pery optimistis.
(rhs)
Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Pery Warjiyo menilai meski disparitas antara nilai tukar rupiah saat ini dengan asumsi pada tahun 2014 cukup tinggi, namun asumsi yang ditetapkan pemerintah tersebut sudah tepat. Sebab menurutnya, ke depan nilai tukar akan kembali stabil dan cenderung menguat.
"Itu (Rp9.750 per USD) arah nilai tukar akan kembali stabil dan akan cenderung menguat," kata Pery, di Kompleks Gedung BI Jakarta, Sabtu (17/8/2013).
Dia menambahkan, defisit neraca pembayaran pada kuartal II-2013 memang cukup besar, namun menurutnya kondisi neraca pembayaran ke depan akan semakin baik dan defisitnya akan semakin mengecil.
"Tentu saja secara keseluruhan neraca pembayaran akan kembali surplus. Kemudian akan membawa nilai tukar yang cenderung membaik dan nilai tukar Rupiah akan kembali stabil," ujar Pery optimistis.
(rhs)